Minggu, 07 Juli 2013

Salam: "Meretas Kemandirian Pemuda"

Sejarah telah mencatat bahwa perjuangan bangsa ini selalu melibatkan pemuda sebagai pilar  utamanya. Hampir setiap peristiwa besar di tanah air pun selalui dimulai dari kiprah pemuda. Pemuda memiliki semangat tinggi untuk melakukan perubahan. Energi positif itu terpancar ketika mereka melihat suatu kejanggalan di bumi pertiwi. Nalar kritis dan daya analisa yang tinggi, membuat mereka terpanggil'untuk melakukan perubahan lebih baik.

Namun, kini agaknya telah terjadi hal kontradiktif. Berbagai persoalan yang menggelayuti pemuda, justru menjadikan pemuda itu jadi persoalan tersendiri. Pemuda kita banyak mengalami persoalan multi krisis. Krisis eksistensi, mental-spiritual, akhlak, gaya hidup individualis dan apatis hingga krisis kepemimpinan dan kepeloporan (keteladanan).

Salah satu masalah yang tak kalah penting adalah jumlah pengangguran dikalangan pemuda. Persoalan ini kiranya jadi masalah pelik, bahkan bagi pemerintah sekalipun. Menurut data BPS pada Februari 2009, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,6 juta jiwa. Delapan puluh persen di antaranya adalah pengangguran usia produktif (pemuda). Data per Agustus 2008, pengangguran terdidik di Indonesia mencapai angka 961.000 orang yang terdiri dari 598.000 penganggur sarjana dan 362.000 penganggur diploma. Ironisnya, angka pengangguran sarjana dalam kurun waktu satu tahun ini meningkat tajam, yaitu mencapai 1,4 juta orang!

Padahal, pemuda memiliki aset potensial untuk dioptimalkan membangun bangsa. Selain usia produktif, pemuda juga memiliki potensi kreativitas dan kemampuan intelektual. Maka, untuk meningkatkan dan mengangkat potensi tersebut, mesti diperlukan pengakuan, penghargaan baik dari diri sendiri maupun komunitas, diberi fasilitas-fasilitas yang memadai, ruang berorganisasi dan beraktualisasi. Yang lebih penting lagi, disertakan dalam berbagai program pembangunan.

Penumbuhan jiwa entrepreneur di kalangan pemuda menjadi penting agar pemuda tidak hanya menjadi pencari pekerjaan (job seeker), tetapi menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Caranya dengan melakukan pendidikan entrepreneurship. Menjadi entrepreneurship  bukan hanya menjadi pengusaha, tetapi juga menciptakan iklim kreatif dan inovatif serta berlatih berani mengambil risiko bagi semua kalangan di semua jenjang pendidikan. Entrepreneurship berarti bisa memanfaatkan peluang serta mengubah sesuatu yang tidak berguna menjadi bermanfaat untuk orang banyak.

Pemerintah, BUMN, lembaga swasta, LSM termasuk LAZ dan BAZ sebaiknya bekerja sama menciptakan program pemberdayaan pemuda. Program yang dapat memberikan peluang dan tantangan kepada mereka agar mampu mengoptimalkan potensi dirinya. Program pemberdayaan yang dikembangkan tidak lagi sebatas program bersifat belas kasihan (karitatif) atau bagi-bagi habis (charity) yang hanya mengekalkan kemiskinan dan pengangguran. Program diharapkan lebih fokus kepada hal produktif yang lebih sistematis dan berkesinambungan. Muara akhirnya pemuda harus mampu berpijak di atas kakinya sendiri sehingga tidak lagi bergantung kepada pihak lain.

Bagi Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid, pendekatan entrepreneurship telah lama diterapkan dalam setiap program-programnya. Tidak hanya melalui program berbasis ekonomi, tapi juga melalui program-program pendidikan. Hal ini diimplentasikan melalui penciptaan lapangan kerja baru bagi para pemuda seperti program Cleaning Service, Baby Sitters Mitra Ibu, Microfinance Syariah, Santri Siap Karya, Pedagang Berdikari dan sebagainya. Di bidang pendidikan, melalui pendidikan formal maupun informalnya dilakukan pembinaan dan dampingan yang lebih diarahkan kepada penumbuhan jiwaleadership atau kepeloporan, entrepreneurship dan akhlakul karimah. Hal ini telah menjadi muatan dalam kurikulum program. Haparannya, mereka dapat menjadi insan-insan mandiri di kemudian hari kelak.

Dengan demikian, maka upaya melalui penanaman jiwa entrepreneurship diharapkan akan menjadi langkah efektif mengatasi kemiskinan, pengangguran dan sekaligus membangun kesejahteraan dalam satu generasi. Lebih dari itu, supaya penanaman jiwa entrepreneurship ini berhasil, ia harus dijadikan sikap bersama. Tak ada jalan lain, bahwa untuk membangun bangsa ini para pemudanya harus bangkit dengan membangun jiwa mandiri, kreatif dan inovatif! (Dede Mulyawan, Manajer Pemberdayaan DPU Daarut Tauhiid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar