Minggu, 07 Juli 2013

Dan Lalat pun Berpesta...

www.dpu-online.com
Jarum jam baru lewat sedikit dari angka sembilan. Udara pagi masih terasa, menggantung dikelilingi cuaca berawan di sekitar Cilandak, tepatnya di Jalan Lebak Bulus V, Jakarta Selatan, Rabu (18/5).

Berada tepat di pinggir jalan kecil, dikelilingi perumahan padat penduduk, sebuah gedung bercatkan putih-kuning dipenuhi warga sekitar. Sangat beragam, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia, tumpah ruah. Beberapa spanduk dan umbul-umbul berwarna putih dan biru, dipancang. Menambah semarak suasana pagi yang merangkak siang. Layaknya seperti ada kenduri atau hajatan besar menyambut tamu kehormatan.

Tapi, bukan untuk itu mereka berkumpul. Sehari-harinya, gedung tersebut adalah kantor Yayasan Media Amal Islami (MAI), yaitu yayasan yang bergerak dalam dakwah Islam dan pemberdayaan masyarakat dhuafa. Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid bersama dengan PT Federal International Finance (FIF), ‘menyulap' gedung itu menjadi tempat acara pemeriksaan dan pengobatan gratis.

Membawa tim dokter dari Klinik Sehat Daarut Tauhiid Bandung, DPU Daarut Tauhiid membuka pelayanan kesehatan bagi pengobatan umum, pemeriksaan ibu hamil, gigi, mata, dan pemberian makanan tambahan anak. Kuota yang disediakan awalnya berjumlah 200 orang. Namun, membludaknya jumlah warga yang hendak memeriksakan kesehatan membuat panitia menambah dari kuota sebelumnya.  

Sebagian besar warga yang memanfaatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis ini adalah mereka yang berdiam di pemukiman pemulung. Tak jauh dari tempat pemeriksaan dan pengobatan gratis diadakan. DPU Daarut Tauhiid dan PT FIF sebagai mitra yang menyalurkan dana CSR-nya untuk acara ini, menyempatkan melihat dan menyalurkan bantuan ke pemukiman tersebut.

Rumah semi permanen dan berdempetan, sanitasi yang jelek, gunungan sampah menebar bau tak sedap jadi pemandangan yang jelas terlihat. Kondisi ini semakin diperparah pada musim hujan. Sungai di dekat perkampungan, dipastikan akan meluap. Membawa ribuan sampah ke pelataran hingga ke dalam rumah-rumah para penghuni yang berjumlah sekitar 200 KK. Termasuk juga bibit-bibit penyakit dan hewan pembawanya seperti lalat.

Mereka (ribuat lalat) seolah berpesta dengan kondisi di perkampungan ini. Pesta yang mengabarkan bahwa kemiskinan masih jadi musuh utama bagi bangsa ini. Ia (kemiskinan) berpilin erat dengan rendahnya tingkat kesehatan. Dan setali tiga uang dengan kebodohan (minusnya tingkat pendidikan). Itu semua ada di jantung ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Ironi yang kini semakin banyak dijumpai. Yaitu penyakit sosial menjadi sebab membanjirnya penyakit fisik.  

Lalu, bagaimana dengan pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di perkampungan ini? Jawabnya terasa menyesakan. Karyati (18 tahun), salah seorang relawan pendidikan di perkampungan pemulung tersebut mengungkapkan, sebagian besar anak-anak tidak bersekolah. Padahal, usia sekolah mereka rata-rata setingkat sekolah dasar. Bisa dibayangkan bagaimana nanti masa depan mereka. Untuk itu, Karyati dan beberapa rekannya berusaha memberikan pendidikan ‘ala kadar', berupa pengaktifan kelompok-kelompok pengajian dan pendidikan non formal. Tak sebanding memang dibanding dengan kebutuhan pendidikan mereka.          

Kiranya, ini menjadi agenda besar bagi DPU Daarut Tauhiid. Melalui program pendidikan sekolah gratis, pemberian beasiswa dan pemberdayan ekonomi, semoga bisa memberikan tak hanya mengobatan gratis. Melalui dana zakat, infak dan sedekah dari umat, DPU Daarut Tauhiid harus mampu berbuat lebih. Agar tak lagi ada ‘lalat yang berpesta'!  (Suhendri Cahya Purnama, editor portal www.dpu-online.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar