Kamis, 25 Juli 2013

Alam yang Dikhianati

www.dpu-online.com
Sesungguhnya asal muasal manusia itu menyatu dengan alam. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling bertautan. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Mu'minun ayat 12, proses penciptaan raga (jasmani) manusia berbahan dasar alam semesta, yaitu sari pati tanah.

Dengan kata lain, keberadaan manusia yang diciptakan Allah di bumi ini tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan alam semesta. Keterkaitan itu dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan tumbuh-tumbuhan, membuat kita menghirup segarnya udara untuk bernapas. Adanya tanah, menjadikan tempat kaki ini berpijak dan bereksistensi. Hadirnya air, menghilangkan dahaga saat panas menyengat. Dan berbagai contoh lain yang mengarah pada satu hal, eratnya keterkaitan manusia dengan alam.

Ia (alam) telah menjadi sahabat setia bagi manusia. Sayangnya, persahabatan itu seringkali dinodai ketamakan dan pengkhianatan segelintir manusia. Banyaknya bencana alam adalah indikasi dari rusaknya lingkungan akibat perilaku khianat manusia. Berbagai perilaku yang eksploitatif dan destruktif terhadap alam, menjadikan maraknya krisis kemanusiaan, krisis moralitas sosial hingga krisis orientasi manusia terhadap Allah.  

Padahal Allah berfirman dalam surat ar-Ruum ayat 41, ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”, yang secara tegas Allah melarang manusia berbuat kerusakan (fasad). Kata fasadsendiri diisyaratkan dalam 50 ayat al-Qur'an serta penyebutan sebanyak 53 kali. Tidak cukup itu, islam dengan gamblang mendorong manusia untuk menjadikan alam semesta beserta isinya sebagai sumber ajaran dan perwujudan sikap yang tunduk atau taat kepada Allah (QS Ali Imran [3]: 190-191). Bahkan dalam ayat lain Allah juga berfirman, “Dia (Tuhan) yang menciptakan kamu dari bumi dan memerintahkannya untuk memakmurkannya.”

Adapun Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Barang siapa menanam tanaman, dia akan mendapatkan balasan pahala sesuai dengan banyaknya buah yang dihasilkan tanaman itu”. Sabda Nabi ini menjadi isyarat ikhwal kepedulian dan kecintaan terhadap alam.
Segala pesan dari Allah dan Rasulullah, tentunya mengajak kita untuk mentafakurinya. 

Mengkhianati alam berarti membuka azab Allah agar datang menghampiri, begitu juga sebaliknya. Karenanya, jaga alam semesta ini supaya ia memberikan manfaat kepada ummat manusia, bukan mudharat. Wallahu’alam bishshawwab.
(H.M.Iskandar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar