Jumat, 05 Juli 2013

Ustaz Komarudin Chalil: "Luar Biasanya Peristiwa Hijrah"


(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Swadaya DPU Daarut Tauhiid edisi Januari 2008)

Tahun baru merupakan momentum perubahan. Tak hanya beralihnya tahun atau masa, bahkan diri kita pun selayaknya beralih pada yang lebih bak. Islam melalui Rasululah saw mengajarkan untuk melakukan perubahan dengan berhijrah dari yang buruk ke yang lebih baik. Inilah peristiwa hijrah yang melahirkan adanya penanggalan Islam. Namun, bagaimanakah Islam memandang tahun baru, sejak kapan adanya, dan apa nilainya?

Untuk menjawab semua itu, Ahmad Sahidin dari Majalah Swadaya melakukan wawancara dengan Komarudin Chalil, seorang trainer Manajemen Qalbu dan penulis buku. Ustaz lulusan IAIN Sunan Gunung Djati, yang pernah beberapa kali tampil di media elektronik ini ditemui pada Selasa, 18 Desember 2007, di Jalan Gatot Subroto Bandung, sepulang dari Lampung. Berikut petikannya:

Apa makna tahun baru bagi Ustaz?
Tahun baru bagi saya adalah sesuatu yang baru. Hidup baru, semangat baru. Jika perlu nasib baru. Namun yang paling penting kualitas ibadah atau ketaatan baru kepada Allah SWT. Karena hidup ini hanyalah penghambaan kepada Allah semata. Di tahun baru ini, yang terpenting adalah bagaimana kita menjadi hamba Allah  yang baru, yang taat dan lebih dekat kepada Allah.  

Sejak kapan ada penanggalan Islam?
Islam mengambil penanggalan tahun dari peristiwa hijrah Rasulullah saw. Hijrahnya Rasulullah bersama para sahabat ke Yatsrib, Madinah. Peristiwa hijrah bagi perkembangan umat Islam merupakan kekuatan luar biasa. Yang mana saat-saat genting, saat kaum Quraisy sudah masuk pada titik paling puncak akan menghancurkan Islam, maka datanglah perintah hijrah.

Peristiwa ini mengandung makna perpindahan dari tempat yang penuh bahaya ke tempat lebih aman. Jadi, hijrah ini adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, yang lebih baik. Hijrah ini merupakan momentum berbahaya. Tapi hebatnya Rasulullah yang paling terakhir yang hijrah ke Yatsrib. Ini hebatnya Rasulullah saw. Ia tidak mengamankan dirinya terlebih dahulu, malah mendahulukan sahabat-sahabat atau umatnya. Bahkan Umar bin Khattab juga disuruh hijrah yang paling awal. Ini membedakan Rasulullah dengan pemimpin-pemimpin dunia sekarang, yang lebih menyelamatkan dirinya ketimbang rakyatnya. Rasulullah ditemani Abu Bakar baru hijrah setelah semuanya hijrah. Ini yang luar biasa dari nabi kita.

Apa nilai yang bisa dipetik dari peristiwa hijrah Rasulullah?
Peristiwa hijrah merupakan persatuan umat yang didasarkan keyakinan. Beda dengan yang berkembang di masa itu, yang didasarkan pada persekutuan suku dan kelompok, atau wilayah geografis. Di Yatsrib, Rasulullah saw membentuk persatuan berdasarkan ideologi atau keyakinan. Yang kaya, miskin, atau berwarna kulit apa pun, selagi keyakinannya sama, boleh bersatu dalam satu kekuatan yang diberi nama Islam.
Maka saat itu bisa dikatakan sebuah kesatuan monumental. Sehingga Umar Bin Khattab mengambil penanggalan Islam. Karena saat itu Yatsrib menjadi kota yang cemerlang, bercahaya. Jadi saat itu peristiwa hijrah merupakan bentuk kesatuan baru, kesatuan tauhid.

Islam hingga saat ini berusia 15 abad. Bagaimana perkembangan Islam, maju atau mundur?
Maju itu dari sisi apa? Harus jelas ukurannya. Memang Rasulullah menjelaskan, bahwa contoh yang paling paripurna di masa Rasulullah saw dan para sahabatnya. Ini masa keemasan. Tapi ingat, Rasulullah juga bersabda, "Senikmat-nikmatnya pengganti adalah penggantiku." Para sahabat berkata, "Bukankah kami penggantimu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Bukan. Kalian adalah para sahabatku." Para sahabat bertanya lagi, "Lalu siapakah yang kau rindu, yang kau sebut itu ya Rasulullah?" 
Beliau menjawab, "Penggantiku, yang aku rindu padanya dan mereka pun rindu padaku adalah umatku yang hidup sesudah kematianku. Mereka beriman meski tidak mendengar suaraku, tidak melihat wajahku, tidak berjumpa denganku. Namun mereka berpegang teguh pada ajaran-ajaranku."

Ya, umat Islam sekarang inilah yang diseru Rasulullah, yang mengamalkan ajaran Allah dan menjalankan sunahnya. Bahkan hingga kini, meski Rasulullah saw telah tiada, tapi tidak satu pun bandingannya, yang dirindukan jutaan umat di dunia selain Rasulullah.  Semua diakui kebesaran dan keagungannya. Tidak ada yang menyangkalnya. Miliaran orang di dunia ini setiap hari dalam waktu yang sama melakukan upacara kolosal lima kali dalam sehari (salat). Menghadap arah yang sama, bacaan yang sama, gerakan yang sama, meskipun pemimpinnya sudah tidak ada.

Apa tantangan yang terbesar bagi Islam di tahun mendatang?
Terlepas dari hantaman dan kebencian orang luar, saya memandang Islam penuh optimis. Yang terberat dan menjadi tantangan Islam di tahun ini adalah, saya kutip pesan Imam Hasan al-Bana, tantangan Islam yang paling berat adalah terhalang oleh orang Islamnya sendiri. Jadi musuh yang dari luar itu tidak terlalu berbahaya, yang bahaya itu musuh dari dalam. Musuh dalam diri sendiri. Jadi, mulailah mengubah hidup kita ini dengan cara Islam. Dari cara makan, cara masuk WC, cara keluar rumah, mari mulai untuk gunakan cara Islam. Jika semua peribadi gunakan cara Islam, maka akan tampak luar biasa. Mulailah sekarang ini. Do it now! Mari bergerak agar menjadi dunia yang paripurna, yang Islami. 

Ustaz kan sudah mengenal DPU Daarut Tauhiid, apa komentar terhadap DPU Daarut Tauhiid yang sudah nasional?
Saya lihat DPU Daarut Tauhiid sudah luar biasa. Banyak inovasi yang dilakukan sahabat-sahabat di DPU Daarut Tauhiid. Banyak iklan yang kreatif, logo baru, dan tema-tema baru. Itu semua luar biasa. Sudah banyak kemajuan jika diukur dari masa lalu. Jangan berhenti untuk selalu inovasi. Bergerak terus menggarap bidang garapan yang besar di negeri ini. DPU Daarut Tauhiid juga harus melihat lembaga lain yang sama sebagai teman sekawan dan mitra kita yang berjuang menuntaskan permasalahan bangsa ini. Sebab jika kita mencangkul sawah yang luas oleh sendiri, mungkin akan sangat lama selesainya. Namun apabila ada yang bantu, maka akan cepatlah selesainya. Tinggal bagaimana DPU Daarut Tauhiid melakukan sinergi dengan lembaga amil zakat lainnya dalam menggarap atau memberdayakan umat Islam ini.

Di tahun baru ini, bagaimana tantangan lembaga amil zakat seperti DPU Daarut Tauhiid ini?
Harus inovasi. Karena orang di masa depan nanti kan sudah ingin serba praktis, mudah. Orang kan sekarang ini sudah ingin dihargai, lebih aman, lebih dihormati. Ini yang harus diperhatikan. Biasanya kan orang malas kalau datang langsung. Jadi fasilitasi jemputan yang luar biasa, cepat dan memuaskanmuzakki. Orang kadang malu karena punya recehan. Kita harus sambut yang recehan pun karena kita membantu mereka dalam beramal saleh. Jangan pilih-pilih, hormati, hargai dan berikan layanan yang terbaik buat semua orang yang berkepentingan dengan DPU Daarut Tauhiid.

Bagaimana seharusnya menyikapi kemiskinan di negeri kita yang belum berkurang, terutama umat Islam?
Umat Islam kan di negeri ini yang paling banyak. Padahal banyak juga kan yang kaya, yang dermawan, yang pengusaha. Cuma karena umat Islam ini paling banyak, jadi serba kelihatan. Umat agama lain pun mungkin banyak yang miskin. Nah, ini harus kita lihat sebagai tantangan untuk bergerak, bekerja luar biasa membangun bangsa. Ayo mari kita berbuat dan bergerak membantu agar umat Islam luar biasa.
  
Program pemberdayaan yang memandirikan penerima zakat (mustahik) seperti Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat) DPU Daarut Tauhiid, apakah bisa jadi solusi pengentasan kemiskinan?
Ya bisa. Saya lihat Misykat itu luar biasa. Banyak ibu-ibu miskin yang dibantu dan bisa usaha. Ini kan luar biasa. Hanya saya lihat kurang inovasi, hanya ibu-ibu saja dibantu. Tapi itu juga alhamdulillah. Tinggal kelola secara profesional dan konsultasikan dengan para ahli. Harus diingat, bagi masyarakat yang terpenting bukti. Bukti adalah argumentasi yang tak terbantahkan. Dari yang tak berdaya, kita buktikan bisa diberdayakan. Dari yang belum bisa mandiri, kita mandirikan. Kalau itu bisa dilakukan, itu prestasi luar biasa.
Saya berpesan kepada DPU Daarut Tauhiid, mulailah fokus pada pemberdayaan. Jangan semuanya digarap. Plihlah ke-khas-annya. DPU Daarut Tauhiid bukan superman yang bisa meraup semua bidang. Bagi-bagi saja dengan lembaga lainnya. 

Semua lembaga Islam itu saya lihat sebenanya satu tim yang bisa membangun bangsa. Pendidikan agama yang modern kan saya lihat sudah digarap Muhammadiyah. Pesantren tradisional yang salafi kan digarap Nahdhatul Ulama (NU). Sama seperti DPU Daarut Tauhiid juga harusnya mengambil porsi dalam bidang yang khas. Harusnya ada yang jadi genteng, tiang, lantai untuk membangun rumah bangsa ini.

Selanjutnya, DPU Daarut Tauhiid juga harus bergaul dengan lembaga lainnya. Alhamdulillah kita sudah nasional, tapi coba jalin hubungan dengan lembaga zakat yang ada di negara-negara Asia, bahkan bagusnya bergaul secara internasional.    

Ada pesan untuk masyarakat?
Pertama, tahun baru adalah tahun untuk berpindah dari diri yang begelimang dosa kepada diri yang lebih baik dan lebih taat. Harus lebih semangat. Berupayalah untuk ibadah yang lebih baik dan optimis memandang ke depan. Kedua, marilah di tahun baru ini kita benahi zakat, infak, sedekah kita dari sebelumnya. Perbaikilah infak, sedekah kita. Insya Allah bangsa ini akan terhormat dan terangkat, salah satunya dengan infak, sedekah, zakat. Dengan semua itu, insya Allah kita menjadi yang baru dengan memberi yang banyak untuk masyarakat.


BIODATA
NAMA: Komarudin Chalil
                       
KELAHIRAN: Indramayu, 15 Januari 1974

ALAMAT TINGGAL: Jalan H.Bardan 5 No.312 Bandung

PENDIDIKAN TERAKHIR: S-1 IAIN Sunan Gunung Djati Bandung

ISTRI: Dewi Nur L., S.Ag

ANAK    :          
Kamilia Qowidiva Arofani (putri)
Fahmi Muhammad Andika (putra)

JABATAN/AKTIVITAS:   
Ketua I Yayasan Daarut Tauhiid (DT) Bandung
Trainer Pelatihan Manajemen Qolbu (MQ) dan Kewirausahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar