Jumat, 28 Juni 2013

Salam: "Makna Ritual dan Sosial Ibadah Haji-Kurban"

Kurban berasal dari kata qoroba yang artinya mendekatkan diri. Dalam konteks keislaman, bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu pun ibadah haji, bertujuan mendekatkan diri kepada Allah (agar menjadi haji mabrur). Bukan untuk pelesiran, melancong, jalan-jalan, berbelanja dan lain sebagainya.

Penting dipahami bahwa ibadah haji dan kurban bukan cuma ibadah ritual, tapi juga dapat dimaknai sebagai ibadah sosial. Sayangnya, sebagian umat Islam masih memiliki sikap mental yang belum sesuai dengan pemahaman tersebut. Bisa jadi, ajaran-ajaran (ibadah haji dan kurban) yang selama ini dipraktikkan, masih terbatas pada segi ritual belaka. Tidak menyentuh aspek sosial kemasyarakatan.  

Makna ritual ibadah haji dapat terlihat dari ibadah wukuf, thawaf, sa’i, tahallul, melontar jumrah dan sebagainya. Sedangkan makna sosialnya dapat disosialisasikan di lingkungan kita. Terutama oleh mereka yang pernah menunaikan ibadah haji. Misalnya, kemampuan menahan diri, bersikap sabar, ikhlas dan kepedulian sosial menuju yang lebih baik. Karena ciri haji yang mabrur adalah jika meningkat ibadahnya, semakin mantap imannya, semakin kasih dan peduli kepada sesama.

Begitu pun dengan ibadah kurban. Selain memiliki makna ritual, juga mengandung makna sosial. Karenanya, umat Islam yang merayakan ‘Idul Kurban seharusnya berupaya menggali makna dan hikmah dari ritual ibadah kurban. Dan yang paling penting, mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jangan sampai ibadah kurban hanya menjadi rutinitas tanpa makna dan hikmah. Hanya sampai pada proses penyembelihan hewan kurban, mendistribusikan dan pesta sate sepuas-puasnya. Semoga kita bisa mentafakuri kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as. Ketika ketaatan kepada Allah SWT lebih besar dari cinta beliau kepada anak (keluarga). Inilah sikap seorang mukmin yang sesungguhnya. (H. Asep Hikmat, Direktur DPU Daarut Tauhiid)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar