Senin, 24 Juni 2013

Salam: "Membaca dengan Hati"

Andaikan segala sesuatu yang berada di bumi berupa pepohonan dijadikan sebagai pena dan lautan dijadikan sebagai tinta ditambah dengan tujuh lautan, niscaya kalimat Allah tidak ada habis-habisnya (untuk ditulis). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (QS Luqman [31]: 27)
Ilmu Allah sangatlah luas, merujuk pada ayat di atas, tidak ada yang mampu menulis dan menceritakan semuanya tentang ilmu Allah. Sekolah yang dibatasi dinding kelas pun, mulai tingkat dasar sampai doktor tidaklah cukup untuk menguasai ilmu-Nya. Sekolah formal tidak menjamin seseorang akan mampu memahami ilmu Yang Maha Kuasa. Dia pencipta ilmu, Dia berkehendak dan kepada siapa pun ilmu-Nya diturunkan.
Sebenarnya semua hamba ketika berusia empat bulan—di dalam kandungan—telah di instal software ke dalam hatinya untuk bisa membaca ilmu Allah. Seperti Nabi Adam ketika diajari tentang nama-nama di dunia ini. Barang siapa yang sering mengupgrade dengan mujahadah (bersungguh-sungguh) kepada Allah, maka hamba itu bisa berkomunikasi (chating) kepada Allah tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hamba tersebut langsung belajar di madrasah ruhaniyah Allah. Sebaliknya barang siapa yang sering bermaksiat kepada Allah, maka terhijab (error) untuk mengakses ilmu-Nya.
Dan hatilah sebagai media seorang hamba untuk bisa membaca ilmu Allah. Hati tempat bertemunya seorang hamba dangan sang pencipta. Hati yang suci dan bersih bisa menampung ilmu Allah. Seperti halnya akal menolak peristiwa isra mi’rajnya Rasulullah, tetapi hati berimanlah yang bisa meyakini kejadian itu.  
Agar hati bisa membaca ilmu Allah maka hati harus bermujahadah mensucikan hati dari illah (tuhan) selain Allah. Membersihkan dari semua penyakit hati, yang dilakukan berkali-kali danistiqomah (konsisten). Insya Allah secara perlahan-lahan hijab (penghalang) kita akan terbuka. Allahlah yang akan memperkenalkan diri-Nya sehingga kita bisa membaca dan memahami ayat-ayat kauniyah dan kauliyah.
Atas dasar itulah, setiap hamba bisa mengakses ilmu Allah walaupun tanpa melalui pendidikan formal. Karena setiap orang ditakdirkan berbeda secara ekonomi untuk bisa mengenyam pendidikan formal. Madrasah ruhaniah Allahlah tempat seorang hamba bisa membaca ilmu Allah baik syariatnya melalui para kekasih Allah (guru/mursyid) maupun  cara lain yang dibenarkan oleh agama yaitu sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Wallahu’alam bishshawwab.
(H.M.Iskandar, Direktur DPU Daarut Tauhiid) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar