Hemri : "Punten kang. Bukannya mau mencampuri urusan orang. Jika kang Rustandi mau berbagi cerita, mungkin ada yang bisa saya bantu?"
Rustandi : Begini
kang Hemri, saya sedang dililit utang. Bukan oleh satu orang saja,
bahkan hingga tiga orang. Terus terang saya ke sini untuk menghindar
dari penagih-penagih yang sering mendatangi rumah saya itu. Padahal
utang tersebut untuk keperluan produktif. Alhamdulillah saya bisa
menghindari berutang untuk keperluan konsumtif sesuai saran kang Hemri.
Utang-utang itu untuk menambah modal usaha saya. Namun, kini usaha saya
sedang menurun. Jika dari kang Hemri ada saran, insya Allah saya terima
dengan senang hati."
Hemri : "Menghindari
masalah, yakni lari dari pemberi pinjaman bukan solusi. Kita harus mau
menemui mereka dan menjelaskan duduk permasalahannya serta mencoba
membuat mereka mengerti. Jika mereka tetap tidak juga mau mengerti,
marah-marah, dan sebagainya, bagaimana pun juga harus kita terima dengan
lapang dada. Karena, kita memang bersalah yakni tidak bisa menepati
janji. Memang sih sebaiknya sebelum jatuh tempo pembayaran dan
ketika sudah ada prediksi tidak bisa membayar utang, kita harus proaktif
melakukan pendekatan ke pemberi pinjaman sehingga sebelum jatuh tempo
mereka sudah paham kondisi kita."
Rustandi : "Selain pendekatan itu, apa lagi kang solusinya? Apakah mencari pinjaman baru untuk menutup utang-utang tersebut?"
Hemri : "Menutup
dengan pinjaman baru, tidak menyelesaikan masalah. Jika ada pinjaman
yang ringan, misalnya dari saudara atau yang lainnya yang bisa dibayar
kapan saja ketika kita mampu, mungkin itu bisa membantu. Solusi lain
adalah menjual aset. Maaf, kang Rustandi kan memiliki mesin cuci yang
canggih dan saat ini tidak dipakai karena sudah ada tukang cuci. Nah,
kenapa tidak dijual saja?"
Rustandi : "Saya merasa sayang untuk menjual barang tersebut kang."
Hemri : "Memenuhi
kewajiban kepada orang lain dan menjaga hubungan baik dengan pemberi
pinjaman lebih penting dibandingkan rasa sayang kita pada suatu barang. Pemberi
pinjaman sudah melakukan kebaikan dengan memberikan kita pinjaman,
tentu harus kita hargai. Meskipun tidak bisa melunasi semuanya, bayarlah
semampu kita untuk menunjukkan niat baik. Selain itu, dengan
menghindari penagih utang, waktu kita menjadi tidak produktif. Padahal
kita harus produktif untuk dapat membayar utang-utang tersebut."
Rustandi : "Terima kasih kang atas sarannya. Saya merasa lebih lega sekarang."
(Iwan Rudi Saktiawan, Trainer Menejemen Keuangan Keluarga)
Sumber: www.dpu-online.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar