Jumat, 28 Juni 2013

Penyuluhan Posyandu dan Launching UTM Pangalengan

Rabu (8/5), Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid kembali menggelar kegiatan Penyuluhan Posyandu Mandiri bagi kader Posyandu. Kali ini, kegiatan dilaksanakan di Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan.
Seringkali orangtua mengalami anak susah makan, karena pilih-pilih makanan dan hanya mau makan apa yang ia suka. Bila makanan yang dipilih adalah makanan sehat yang mencukupi kebutuhan gizi dan vitamin, tentunya tidak jadi masalah. Namun, anak biasanya senang memilih makanan yang tidak sehat bila dimakan setiap hari, seperti goreng-gorengan dan makanan mengandung MSG.
Demikian pemaparan yang disampaikan Ida Kinasih, dosen Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) SGD Bandung sebagai mitra DPU Daarut Tauhiid. Para peserta mendapatkan materi mengenai kesehatan ibu dan anak.
Sebelumnya, diadakan launching program Usaha Ternak Mandiri (UTM) yang bekerja sama dengan Yayasan Penelitian Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (YPPPMD). Acara launching program UTM berupa serah terima domba kepada para peternak yang mendapatkan titipan lima ekor domba.
Tak hanya itu, acara pun dilanjutkan dengan Pengobatan Gratis dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil dan Balita. Sebanyak 106 peserta program mendapatkan pengobatan gratis alias cuma-cuma.
“Sangat membantu dengan adanya pengobatan gratis bagi kami. Tadi anak saya yang berobat, badannya panas dan pilek juga. Alhamdulillah, dikasih obat sama dokternya. Mudah-mudahan kegiatannya lancar,” ujar Yanti (23). (Setiadi/2013)

Uwais Al Qarni: Sang Penghuni Langit


Pada zaman Nabi, ada seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni. Ia tinggal di negeri Yaman. Uwais adalah seorang yang hidupnya sangat miskin dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua, lumpuh, dan buta. Kecuali ibunya, Uwais tak lagi mempunyai kerabat.

Uwais Al Qarni mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba tetangganya pada siang hari. Upah yang diterima hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari. Jika ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya.

Uwais Al Qarni adalah seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Ia seringkali melakukan puasa. Namun, alangkah sedihnya hati Uwais Al Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah.

Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al Qarni untuk menemui Nabi semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw. Kerinduan karena iman.

Tapi, bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta, buta, dan lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya. Mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin. Ia pun memperoleh izin untuk menemui Rasulullah di Madinah.

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al Qarni sampai di Kota Madinah. Tak menunggu lama, ia pun segera mencari rumah Nabi. Hanya sayang, walaupun rumah Nabi ia temukan, tapi Rasulullah tak ada di rumah. Nabi Muhammad sedang berada di medan pertempuran.  

Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi tak dapat dijumpainya. Dalam hatinya, bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan agar ia cepat pulang ke Yaman.

Akhirnya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi. Setelah berpamitan, Uwais Al Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak bisa meninggalkannya terlalu lama.

Mendengar itu, Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, "Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Karena dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi."

Subhanallah! Demikian sekelumit cerita tentang ketaatan seorang anak kepada ibunya. Ketaatan yang mengalahkan ego atau keinginannya yang teramat besar untuk bertemu Nabi. Sehingga Rasulullah pun menyebutnya sebagai penghuni langit! Mampukah kita menafakuri dan mencontohnya?

Salam: "Makna Ritual dan Sosial Ibadah Haji-Kurban"

Kurban berasal dari kata qoroba yang artinya mendekatkan diri. Dalam konteks keislaman, bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu pun ibadah haji, bertujuan mendekatkan diri kepada Allah (agar menjadi haji mabrur). Bukan untuk pelesiran, melancong, jalan-jalan, berbelanja dan lain sebagainya.

Penting dipahami bahwa ibadah haji dan kurban bukan cuma ibadah ritual, tapi juga dapat dimaknai sebagai ibadah sosial. Sayangnya, sebagian umat Islam masih memiliki sikap mental yang belum sesuai dengan pemahaman tersebut. Bisa jadi, ajaran-ajaran (ibadah haji dan kurban) yang selama ini dipraktikkan, masih terbatas pada segi ritual belaka. Tidak menyentuh aspek sosial kemasyarakatan.  

Makna ritual ibadah haji dapat terlihat dari ibadah wukuf, thawaf, sa’i, tahallul, melontar jumrah dan sebagainya. Sedangkan makna sosialnya dapat disosialisasikan di lingkungan kita. Terutama oleh mereka yang pernah menunaikan ibadah haji. Misalnya, kemampuan menahan diri, bersikap sabar, ikhlas dan kepedulian sosial menuju yang lebih baik. Karena ciri haji yang mabrur adalah jika meningkat ibadahnya, semakin mantap imannya, semakin kasih dan peduli kepada sesama.

Begitu pun dengan ibadah kurban. Selain memiliki makna ritual, juga mengandung makna sosial. Karenanya, umat Islam yang merayakan ‘Idul Kurban seharusnya berupaya menggali makna dan hikmah dari ritual ibadah kurban. Dan yang paling penting, mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jangan sampai ibadah kurban hanya menjadi rutinitas tanpa makna dan hikmah. Hanya sampai pada proses penyembelihan hewan kurban, mendistribusikan dan pesta sate sepuas-puasnya. Semoga kita bisa mentafakuri kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as. Ketika ketaatan kepada Allah SWT lebih besar dari cinta beliau kepada anak (keluarga). Inilah sikap seorang mukmin yang sesungguhnya. (H. Asep Hikmat, Direktur DPU Daarut Tauhiid)  

Keharuan di Wisuda SMK Boarding School DT

Subuh baru saja usai. Mentari pagi bergerak perlahan, meninggalkan peraduannya untuk menerangi bumi, menjalani titah Illahi. Detik demi detik berselang, berganti menit, kemudian jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Kini, mentari 2013 telah terbit. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu.
Tiga tahun untuk belajar di jenjang Sekolah Menengah Atas,kiranya menjadi waktu yang cukup panjang untuk belajar. Itulah yang dirasakan oleh angkatan ke-2 SMK Boarding School Daarut Tauhiid. Mereka belajar banyak hal, mulai dari kemandirian, kedewasaan, keilmuan, kebahagiaan, kesedihan, pengalaman,yang kemudian diramu menjadi satu dalam pembentukan kepribadian agar lebih matang.
Semua rasa itu membuncah ketika mereka dinyatakan lulus dan berhak mengikuti wisuda kelulusan. Bertempat di Gedung DaarulHajj Bandung, Kamis (13/6), para wisudawan datang dengan pakaian rapi memakai setelan jas berwarna hitam. Termasuk para penerima Program Beasiswa Prestatif Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid,
Para penerima beasiswa itu di antaranya, Muhammad Rizki sebagai juara umum, Muhammad Zulfikar sebagai juara kepemimpinan, Ikhsan Nuryamin, Desra Indra, Naufal Abyan Faruqi, Abdullah, Dede Abdul Rozak, dan Muhammad Iqbal Ramdani.
Para wisudawan tampak begitu bahagia, terlihat dari senyum yang selalu merekah. Apalagi ketika salah seorang di antara mereka maju ke panggung untuk menyampaikan kesan selama belajar di SMK Boarding School Daarut Tauhiid. Hebatnya, pesan ini disampaikan oleh Muhammad Zulfikar, salah seorang penerima Beasiswa Prestatif DPU Daarut Tauhiid.

Prosesi wisuda dihadiri pula oleh Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tahiid. Para orangtua siswa pun turut hadir. Mereka menyaksikan secara langsung prosesi acara tersebut.

“Di mana pun berada ingat jangan meng-illah-kan siapa pun selain Allah. Mungkin ada yang takdirnya kaya, mungkin ada yang takdirnya terkenal, mungkin ada yang takdirnya jadi pejabat, jangan pernah menuhankan kekayaan, jangan pernah menuhankan kedudukan, di sini (hati) harus ada Allah,” pesan Aa Gym dalam sambutannya.

Prosesi wisuda ini ditandai dengan pengalungan piagam oleh Aa Gym dan pemberian sertifikat dari Kepala Sekolah SMK Boarding School, ustadz Mulyadi. Kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Persembahan demi persembahan mengalir bagai air, membuat terharu siapa pun yang menyaksikannya. Selamat kepada para wisudawan! (Setiadi/2013)

Refleksi: "Bersyukur atas Nikmat"

Kita ingin hidup ini terasa nikmat, tapi kalau tidak tahu ilmunya nikmat yang ada jadi laknat. Makanan enak tidak disyukuri menjadi tidak enak, baju yang bagus tidak disyukuri terasa jelek, begitupun dengan penghasilan yang tidak disyukuri tidak terasa nikmat. Sungguh, orang yang tidak bersyukur sama artinya dengan berusaha menghilangkan nikmat. Rasulullah dalam sabdanya, menggolongkan orang yang senantiasa bersyukur itu ke dalam ‘manusia ajaib’. 

Apabila diberi kesenangan dia bersyukur, syukur jadi kebaikan dan jika diberi musibah dia bersabar, sabar jadi kebaikan. Jika seseorang punya dua keterampilan ini dapat dipastikan hidupnya beruntung. Adapun ciri dari ahli syukur tersebut di antaranya: pertama, hatinya tidak pernah merasa memiliki kecuali semuanya milik Allah. Orang yang memiliki ciri ini ketika diberi rizki yang berlebih tidak sombong begitupun ketika rizki yang sedikit tidak minder, ketika melihat kelebihan orang lain tidak iri, ketika mejemput rizki tidak licik, dan ketika rizki hilang tidak sakit hati karena semua yang dimiliki hanyalah titipan Allah. Ciri ahli syukur yang kedua, lisannya selalu basah dengan do’a syukur seperti hamdalah. Ciri ini selalu melihat ke bawah dalam urusan dunia. Orang yang pandangannya ke atas hampir dipastikan kurang bersyukur. Yang dilihat hanyalah kekurangan. Seperti ketika melihat tetangganya punya mobil baru yang dilihat mobil barunya sementara mobil yang dia punya tidak disyukuri. 

Begitupun ketika ada anggota badan kita yang tidak sempurna maka yang dilihat ketidaksempurnaannya. Padahal masih banyak anggota badan lain yang memang harus disyukuri. Kita harus mulai mempelajari ilmu cina “Syukuri setiap keadaan”. Ciri yang ketiga berterimakasih kepada yang jadi jalan nikmat. Dengan cara mengingat jasa, pengorbanan, kebaikan orang lain. Bagi kita pantang melupakan kebaikan sekecil apapun walaupun kita sudah dihina, dicaci. Ciri yang ke-empat gunakan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah; mata dipakai untuk tilawah, lisan dipakai untuk berzikir, begitupun dengan uang yang ada dipakai untuk bersedekah. Itu bukti rasa syukur kepada Allah SWT. Ciri kelima menyampaikan nikmat kepada orang lain agar orang lain mendekat kepada Allah. 

Berbeda dengan riya. Sampaikan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain dengan maksud orang lain meniru kebaikan yang telah kita lakukan semata-mata karena ingin dipuji Allah, bukan menyampaikan kebaikan dengan harapan dirinya mendapat pujian. Jadikan diri sebagai pengantar bagi orang lain untuk lebih mendekatkan kepada Sang Pemberi Rizki. Saudaraku, begitu banyak rizki yang telah Allah berikan, begitu luas nikmat yang dapat kita rasakan. Namun, seberapa banyak rasa syukur kita panjatkan? Seberapa sering lisan kita basah dengan ucapan hamdalah?dan Seberapa besar rizki yang kita punya, terasa nikmat oleh orang lain? Untuk itu, marilah kita syukuri semua nikmat yang ada. Yakinlah dengan janji Allah yang akan melipatgandakan rizkinya bagi orang yang senantiasa bersyukur. Semoga kita digolongkan menjadi Ahli Syukur. Amiin. 


Rabu, 26 Juni 2013




وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ

51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu [48] (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.

[48] Anak lembu itu dibuat mereka dari emas untuk disembah.

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُمِ مِّن بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

52. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.

وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

53. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُواْ إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu [49]. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

[49] "Membunuh dirimu" ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang [50], karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya [51]".

[50] Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala.

[51] Karena permintaan yang semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, sebab itu mereka disambar halilintar sebagai azab dari Tuhan. 
 
 

Tanya Jawab: "Ditinggal Suami hingga 7 Tahun"

Pertanyaan :
Saya seorang ibu dari 5 anak sudah ditinggal suami sekitar 7 tahun, tapi biaya masih dikasih. Bagaimana menurut agama apakah masih sah suami istri sementara saya belum dicerai dan saya sudah tidak melakukan hubungan suami istri. Tapi suami saya sudah merasa bahwa saya bukan istrinya lagi. Saya harus bagaimana baiknya sementara anak-anak butuh biaya?

Jawaban :
Sepanjang belum ada pernyataan atau keputusan cerai, Anda tetap istri suami Anda. Anda punya hak nafkah dari suami Anda. Selama masa iddah istri wajib diberi nafkah lahir (papan, sandang, pangan). Sedangkan anak, sepanjang mereka belum berkeluarga maka ayah mereka wajib memberi nafkah, walau pun ibunnya sudah di cerai. Jalan terbaik, segera selesaikan secara hukum. Kalau berlanjut harus baik, dan kalau carai juga harus baik.


Sumber: www.dpu-online.com

Salam: "Tiga Jenis Manusia"

Setelah kemerdekaan diraih, definisi pahlawan kian beragam. Ada pahlawan dalam perspektif lingkungan, kemasyarakatan, budaya atau yang lainnya. Namun, semuanya tetap bersumber dari sikap rela berkorban untuk orang lain.

Dalam tasawuf, pahlawan adalah sebutan untuk seorang hamba yang mengorbankan kehambaannya kepada Sang Pencipta. Semua asset yang dimilikinya dipersembahkan hanya untuk perjuangan dijalan Allah SWT. Jika prinsip hidup ini sudah dimiliki, otomatis akan berpengaruh positif pada perjuangan umat manusia juga.

Untuk memaknai hari pahlawan dalam konteks kekinian, kita perlu mengingat kembali tingkatan posisi peran manusia dalam lingkungannya. Mengutip kembali ceramah Aa Gym, tentang tiga jenis manusia dalam hubungan kemasyarakatannya, yaitu pertama, jenis manusia pengkhianat. Adalah manusia yang tidak segan mengorbankan oranglain dalam memenuhi keinginannya. Masyarakat, bangsa, bahkan agama menjadi tumbal untuk kepentingan sendiri atau golongan, kelompok tertentu. Dengan jabatan dan kekuasaannya ia gadaikan asset negara yang strategis, dengan kedok ‘privatisasi’ kepada pihak luar, asing.

Andai para pahlawan yang tertidur panjang itu bisa bangun dan hidup lagi, dipastikan beliau-beliau yang dulu berjuang demi negara ini akan menangis sedih, meratapi, mengutukinya dengan serapah. Tidak ada satupun pahlawan yang rela melihat bangsa ini perlahan jatuh kian terpuruk, apalagi dinegeri sendiri yang katanya subur makmur ini. Jenis manusia tamak seperti ini, menurut sebagian orang dikatakan haram. Jauh, bahkan tidak ada sedikitpun sifat-sifat kepahlawanan yang melekat pada dirinya.

Jenis kedua, yaitu manusia pekerja. Ia suka sekali berhitung, mengkalkulasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugas atau amanahnya. Apakah untung atau malah rugi, jika ia menjalankan pekerjaan tersebut. Jika tidak menguntungkannya, buat apa diperbuatnya. Itulah yang menjadi prinsip hidup manusia tipe pekerja ini. Sahabat saya pernah ’bercanda’, apa jadinya negara kita bila para pahlawan dulu sebelum berjuang bertanya tentang berapa upah yang akan didapatkannya. Karena itu, sebagian berpendapat bahwa jenis manusia ini makruh. Artinya, keberadaannya sungguh tidak membawa pengaruh apa-apa. Tidak bermanfaat, meski juga tidak merusak. Ada atau tidak adanya, biasa saja.

Dan, tipe ketiga, adalah manusia pejuang atau pahlawan. Yaitu, manusia yang rela berkorban untuk kepentingan oranglain, masyarakat, bangsa dan agamanya. Lazimnya, manusia seperti ini memang tidak banyak jumlahnya, dan tidak pernah hitung-hitungan bila berbuat. Prinsip yang dianutnya adalah setiap perbuatan akan kembali kepada pembuatnya. Inilah yang dikenal dengan sebutan manusia wajib. Eksistensinya membawa rahmat dan kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang.

Berkaca pada tiga jenis manusia di atas, kita mestinya bisa introspeksi diri. Seperti apakah peran kita selama ini. Pengkhianat, pekerja atau pahlawan. Semoga Allah memampukan kita memilih peran ketiga, menjadi pahlawan bagi diri, lingkungan, bangsa dan agama, insya Allah.



Sumber: www.dpu-online.com

Ketika Dikejar Utang (1)


Hampir tiga hari ini, saudara sepupu Hemri yakni Rustandi menginap di rumahnya. Tentang menginapnya sih tidak masalah, namun Rustandi kelihatan sedang stress dan ketika HP-nya berdering, ia tampak panik. Tanpa bermaksud mencampuri urusan pribadi dan niat membantu, Hemri mengajak dialog Rustandi.

Hemri      :  "Punten kang. Bukannya mau mencampuri urusan orang. Jika kang Rustandi mau berbagi cerita, mungkin ada yang bisa saya bantu?"


Rustandi   :  Begini kang Hemri, saya sedang dililit utang. Bukan oleh satu orang saja, bahkan hingga tiga orang. Terus terang saya ke sini untuk menghindar dari penagih-penagih yang sering mendatangi rumah saya itu. Padahal utang tersebut untuk keperluan produktif. Alhamdulillah saya bisa menghindari berutang untuk keperluan konsumtif sesuai saran kang Hemri. Utang-utang itu untuk menambah modal usaha saya. Namun, kini usaha saya sedang menurun. Jika dari kang Hemri ada saran, insya Allah saya terima dengan senang hati."

Hemri      : "Menghindari masalah, yakni lari dari pemberi pinjaman bukan solusi. Kita harus mau menemui mereka dan menjelaskan duduk permasalahannya serta mencoba membuat mereka mengerti. Jika mereka tetap tidak juga mau mengerti, marah-marah, dan sebagainya, bagaimana pun juga harus kita terima dengan lapang dada. Karena, kita memang bersalah yakni tidak bisa menepati janji. Memang sih sebaiknya sebelum jatuh tempo pembayaran dan ketika sudah ada prediksi tidak bisa membayar utang, kita harus proaktif melakukan pendekatan ke pemberi pinjaman sehingga sebelum jatuh tempo mereka sudah paham kondisi kita."

Rustandi   : "Selain pendekatan itu, apa lagi kang solusinya? Apakah mencari pinjaman baru untuk menutup utang-utang tersebut?"

Hemri      : "Menutup dengan pinjaman baru, tidak menyelesaikan masalah. Jika ada pinjaman yang ringan, misalnya dari saudara atau yang lainnya yang bisa dibayar kapan saja ketika kita mampu, mungkin itu bisa membantu. Solusi lain adalah menjual aset. Maaf, kang Rustandi kan memiliki mesin cuci yang canggih dan saat ini tidak dipakai karena sudah ada tukang cuci. Nah, kenapa tidak dijual saja?"

Rustandi   : "Saya merasa sayang untuk menjual barang tersebut kang."

Hemri      : "Memenuhi kewajiban kepada orang lain dan menjaga hubungan baik dengan pemberi pinjaman lebih penting dibandingkan rasa sayang kita pada suatu barang.  Pemberi pinjaman sudah melakukan kebaikan dengan memberikan kita pinjaman, tentu harus kita hargai. Meskipun tidak bisa melunasi semuanya, bayarlah semampu kita untuk menunjukkan niat baik. Selain itu, dengan menghindari penagih utang, waktu kita menjadi tidak produktif. Padahal kita harus produktif untuk dapat membayar utang-utang tersebut."

Rustandi   : "Terima kasih kang atas sarannya. Saya merasa lebih lega sekarang."


(Iwan Rudi Saktiawan, Trainer Menejemen Keuangan Keluarga)

Sumber: www.dpu-online.com

Refleksi: "Memuliakan Orangtua"

MEMILIKI anak yang berbakti, sayang kepada orangtua adalah harapan setiap orangtua dimuka bumi ini. Sayangnya, anak kerap melupakan hal ini. Yang banyak terjadi adalah banyak anak yang merasa tidak suka dengan sikap orangtuanya. Menganggapnya terlalu pemarah, otoriter. Atau, merasa orangtuanya tidak sebaik orangtua lainnya.

. Padahal, orangtua adalah manusia biasa, sama seperti kita, anaknya. Tidak selamanya apa yang kita harapkan ada dalam diri orangtua kita. Setiap orangtua memiliki kekurangan yang mungkin sebenarnya tidak pula mereka kehendaki. Sehingga, sebagai anak kita harus sangat bijak menyikapi hal ini. Bagaimanapun mereka, masih banyak kelebihan, kebaikan yang mereka miliki. Coba renungkan, atau kalau perlu tuliskan kebaikan mereka. Sejak dari kandungan, melahirkan kita, hingga merawat kita dari bayi sampai sebesar sekarang. Sungguh sebuah pengorbanan yang tidak akan pernah bisa kita balas dengan harta seberapapun banyaknya.

Tidak terkira betapa besar pengobanan dan penderitaan beliau berdua dalam membesarkan kita. Padahal mereka tidak tahu apakah anak yang dilahirkan, dirawat akan shalih, menghormati mereka atau tidak. Mereka selalu tulus mendampingi kita setiap saat. Sehingga, bagaimana mungkin kita lebih melihat kekurangan mereka daripada kebaikan mereka yang sangat banyak. Kekurangan mereka hanya sedikit, tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pengorbanan mereka.
Bahkan, Allah dalam al-Qur’an telah mengingatkan kita agar sungguh-sungguh berlaku baik, birulwalidain kepada kedua orang ibu bapaknya. Islam sangat menyuruh ummatnya untuk menghormati orangtua. Berkata ‘ah’ saja tidak boleh. Jangan sampai kita menyakiti hati mereka. Karena durhaka, termasuk salah satu dosa paling besar. Dan, biasanya hukuman Allah bagi orang yang mendzalimi orangtuanya pasti cash, langsung didunia. Oleh karena itu, selalu jaga perkataan, sikap kita terhadap orangtua. Jangan sampai mendzalimi, atau menyakiti mereka. Beliau adalah amanah Allah untuk kita. Kalaupun mereka belum shalih, justru kita sebagai anak yang bertanggungjawab membuat mereka shalih. Orangtua kita bukanlah manusia sempurna, namun pasti dapat menjadi baik jika ada yang membantu, mengingatkannya.

Mulai saat ini, tekadkan dalam diri untuk selalu berupaya memuliakan orangtua. Jangan pernah bosan untuk memaklumi kesalahan mereka, namun tentu tidak berarti diam tanpa mengingatkan beliau dengan cara terbaik. Selalu renungkan kebaikan mereka kepada kita. Semoga kita dimampukan menjadi anak shalih, yang memuliakan dan membahagiakan orangtuanya setiap saat. Amiin.

Sumber : www.dpu-online.com

Selasa, 25 Juni 2013

Al-Qur'an: Al-Baqarah (46-50)

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

47. Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat [45].

[45] Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Nabi Musa a.s.

وَاتَّقُواْ يَوْماً لاَّ تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئاً وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ

48. Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at [46] dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.

[46] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfa'at bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوَءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءكُمْ وَفِي ذَلِكُم بَلاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ

49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan [47].

[47] Waktu Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui laut Merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya ditengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedang Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka.

Tanya Jawab: "Saya seorang akhwat yang bekerja di salon kecantikan"

Pertanyaan : 

Saya seorang akhwat yang bekerja di salon kecantikan. Yang menjadi kegelisahan saya adalah pelanggannya wanita dan pria. Bagaimana hukum pekerjaan saya? Apa bedanya bekerja di salon dan di rumah sakit, yang sama-sama bersentuhan dengan bukan muhrimnya?


Jawaban : 
Sebaiknya Anda bekerja di salon khusus wanita atau Anda hanya melayani pelanggan wanita. Tentu lain hal dengan rumah sakit, sebab di rumah sakit dalam keadaan tertentu hal tersebut bisa termasuk darurat. Kalau tidak ditolong bisa bahaya, tapi di salon tidak ada bahaya kalau seseorang tidak bersalon di salon tempat Anda bekerja.

Sumber: www.dpu-online.com

Sejarah Pengurbanan Ismail

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang yang saleh, maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim'. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (QS. as-Shaffat [37]: 100-111).


Kesabaran Ibrahim berdoa agar dikaruniai putra yang saleh, akhirnya berbuah dengan lahirnya putra Hajar yang kemudian diberi nama Ismail. Ismail diambil dari permohonan Ibrahim setiap sesudah berdoa beliau mengucapkan "Isma' Eliy", dengarkanlah doaku wahai Tuhanku. Sebelumnya sudah memperoleh wahyu bahwa anak yang akan lahir itu sangat penyabar. Kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada nampak di kala sudah remaja. 

Lima belas tahun kemudian lahir lagi seorang putra yang diberi nama Ishaq, dari istrinya yang pertama Sarah. Ismail dilahirkan ketika Ibrahim berumur 86 tahun, dan Ishaq lahir ketika umurnya mencapai 99 tahun. Ini satu riwayat, karena ada riwayat lain yang berbeda. 

Tetapi setelah Ismail mencapai masa dewasa, Ibrahim mengunjungi keluarganya Hajar sebelum menikah. Maka, datanglah ujian besar dan berat kepada dua manusia mulia ini agar Ibrahim menyembelih Ismail. Putra yang diharap-harapkan dan dimintanya bertahun-tahun. Dengan sedih Ibrahim menyampaikan perintah Allah kepada putranya Ismail. Setelah Ismail mendengar perintah Allah SWT maka dengan ikhlas dan rela, Ismail berkata kepada ayahnya. "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. as-Shâffât [37]: 102).

‘Abdullâh bin ‘Abbâs di dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan "al-sa'yu" atau dewasa ialah "sudah mampu melaksanakan perintah Allah, karena sudah dapat membedakan yang hak dan batil." Pendapat lain menyatakan, "sudah dapat mengikuti ayahnya berjalan naik gunung". Dari aspek bahasa juga berarti sudah dapat berlari-lari. 

Maka berangkatlah Ibrahim bersama Ismail ke Jabal Qurban di Mina, dan ketika sampai di ‘Aqabah, Iblis mencegahnya dan membujuknya agar tidak meneruskan niatnya karena anaknya adalah putera yang diharap-harapkannya, maka Ibrahim melempar batu satu persatu sampai 7 butir sambil membaca: "Atas nama Allah, Allah Maha Agung, kutuk dan laknat terhadap setan-setan,dan kerelaan Allah yang diharapkan."

Demikian juga ketika sampai ke Wustha dan Ula, dan Ibrahim terus berdoa sambil melempar 7 batu berturut-turut. Setelah selesai jumrah maka Ibrahim meneruskan perjalanannya sampai  akhirnya tiba di Jabal Qurban berdasarkan bimbingan Jibril.Di sinilah Ibrahim merealisasikan perintah Allah sebagaimana diungkapkan oleh Allah SWT pada ayat berikut.

"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.' Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. as-Shâffât [37] : 103-107).

Allah menurunkan seekor domba dari langit yang turun di Masjid Khaif , yang mana di daerah  inilah Nabi Adam dikubur. Masjid Khaif juga merupakan tempat mustajab doa para nabi-nabi, dan di sini pula turun surah Al Nashr [110]. Inilah sejarah kurban.Wallâhu a'lam bi al-shawâb. 

(KH. Drs. Muchtar Adam, Pendiri Ponpes al-Quran Babussalam Bandung) 



Salam: "Program Pemberdayaan untuk Muslimah"

Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid dengan program yang ada, tetap berkonsentrasi di menuju kemandirian masyarakat. Artinya kemandirian masyarakat ini menjadi fokus DPU Daarut Tauhiid dalam melaksanakan pembuatan program-program yang dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Khususnya untuk para kaum akhwat atau muslimah.

Program ini tidak ada diskriminasi apakah itu laki-laki atau perempuan. Artinya ketika program itu sesuai dengan unsur syariah atau pun sesuai dengan sisi-sisi syar’i yang memperbolehkan seseorang atau masyarakat menerima manfaat dari program-program DPU, maka masyarakat menjadi akses bagi pelaksanaan program tersebut.

Adapun program khusus bagi kaum muslimah, DPU sendiri melaksanakan program pelatihan Baby Sitter Mitra Ibu. Program ini menjadi khusus dan menarik ketika di gulirkan oleh DPU Daarut Tauhiid. Karena program Baby Sitter Mitra Ibu merupakan sesuatu yang penting dalam hal pemberdayaan muslimah atau akhwat. Yaitu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dari seorang muslimah. Dibina dan dididik oleh pelatih-pelatih atau pembina-pembina yang sudah terlatih untuk menjadikan seorang muslimah bisa berkarya di tengah-tengah masyarakat.

Dengan program Baby Sitter Mitra Ibu ini, mudah-mudahan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat khususnya keluarga kecil atau yang memiliki anak-anak balita dan kedua orang tuanya bekerja. Mereka membutuhkan sesuatu yang sifatnya sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan anak-anak mereka.

Artinya ketika mereka bekerja, otomatis anak-anaknya tinggal dirumah, sehingga di rumah harus ada yang menjaga. Maka biasanya ibu-bu muda ini memilih untuk menggunakan jasa baby sitter untuk menjaga anak-anak mereka. Oleh karenanya, DPU menjadi sangat konsen untuk bisa membantu keluarga kecil atau keluarga muda agar bisa menjadikan anak-anaknya sesuai dengan harapan orang tuanya walaupun mereka ditinggal bekerja.

Mudah-mudahan baby sitter setelah kita bina, biasanya antara tiga sampai empat bulan pelatihan, kemudian mereka diberikan pendidikan dari segi skill dan ilmu agamanya, pembiasaan-pembiasaan yang sifatnya akidah atau pun pendidikan dasar Islam. Tujuannya adalah agar memberikan manfaat kepada anak didik yang nanti akan dididik. Supaya memiliki bekal yang nantinya dapat disalurkan dan bermanfaat bagi anak didik atau anak asuhnya.

Oleh karenanya, kita tidak sembarangan dalam menggulirkan program ini untuk masyarakat. Tetapi, kita sangat perhatian dan ingin sekali memberdayakan kaum muslimah dengan adanya program Baby Sitter Mitra Ibu. Mudah-mudahan program-program yang digulirkan khususnya untuk muslimaht, bisa menjadi awal dari mereka bisa mandiri tanpa harus bergantung. Artinya, ketika dia punya kecakapan atau skill dalam hal baby sitter kemudian sisi ruhiyahnya juga diperkuat dengan ilmu-ilmu keagamaan dapat menjadikannya lebih bermanfaat. (H. Asep Hikmat, Direktur DPU Daarut Tauhiid) 


Sumber : www.dpu-online.com

Aagym: "Indahnya Kesabaran"

Dalam hidup ini kita harus siap dengan pasangan kejadian. Siap menerima kelapangan dan siap pula menerima kesempitan. Siap menikmati pujian dan siap pula menikmati cacian. Itu adalah ujian-ujian dari Allah.
Seseorang yang siap menerima ujian salah satu cirinya akan bersabar ketika dihadapkan pada suatu cobaan. Makna sabar dalam menerima ujian bukanlah pasrah begitu saja. Melainkan menerima sepenuh hati semua ujian yang Allah berikan disertai dengan usaha di jalan-Nya. Jadi, orang yang sabar ketika ditimpa ujian meyakini bahwa itu ketentuan dari Allah. Ujian itu harus dihadapi dan dicari solusinya. Tipe penyabar senantiasa tertantang untuk menjadikan ujian sebagai sarana peningkatan keimanan.
Indahnya kesabaran hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang tahu ilmunya. Seseorang yang tidak tahu ilmunya menjadikan ujian sebagai sesuatu yang menakutkan. Seperti murid SD yang belum siap menghadapi soal ujian, yang terjadi malah ketegangan, tidak konsentrasi, bahkan mencari alasan akan ketidakmampuan dalam menjawabnya. Lain hal dengan murid yang sudah siap. Dia akan menghadapinya dengan penuh ketenangan. Meyakini bahwa ujian yang terjadi merupakan episodenya, waktunya, dan meyakini ujian sudah disesuaikan dengan takaran kemampuannya. Tidak mungkin murid SD diberi soal ujian untuk SMP. Dia pun meyakini gurunya tidak akan memberikan ujian dengan sia-sia. Pasti ada hikmah yang bisa diambil. Jika ujiannya lulus maka berhak untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya dan jika gagal maka dirinya tidak lulus.
Saudaraku, ujian diberikan oleh Allah bagi orang-orang yang beriman sebagai ujian atas keimanannya itu. Allah SWT berfirman, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan, "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS al-'Ankabut [29]: 2).
Dengan demikian, indahnya kesabaran akan terpancar dalam diri yang pasrah kepada Allah. Kebahagiaan tidak didapat oleh orang yang pasif, tapi oleh yang sabar diiringi dengan ikhtiar.Semoga Allah senantiasa melimpahkan kepada kita indahnya kesabaran.

(Abdullah Gymnastiar, Penasihat dan Pembina DPU Daarut Tauhiid)   


Senin, 24 Juni 2013

Al-Qur'an: Al-Baqarah (41-45)

وَآمِنُواْ بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُواْ أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ

41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.

وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

42. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu [43], sedang kamu mengetahui.

[43] Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ

43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' [44]

[44] Yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: Tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Tanya Jawab: "Ingin Zakat, Tapi Uang Tak Cukup"



Pertanyaan : 
Saya bekerja, namun gaji tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apakah saya berkewajiban untuk mengeluarkan infaknya? 

Jawaban : 
Salah satu syarat zakat itu adalah memenuhi nishab (senilai 85 gram emas). Artinya, orang yang berzakat tersebut mempunyai kelebihan dari penghasilannya setelah memenuhi kebutuhan pokoknya yang mendesak. Pembayaran zakat tidak menjerumuskan dia ke dalam suatu kesulitan, malah sebaliknya dia mendapatkan kelapangan lahir batin. Bila  penghasilan Anda belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, kemungkinan penghasilan Anda belum mencapai nishab. Maka silakan Anda berinfak saja sekemampuan. 

Salam: "Membaca dengan Hati"

Andaikan segala sesuatu yang berada di bumi berupa pepohonan dijadikan sebagai pena dan lautan dijadikan sebagai tinta ditambah dengan tujuh lautan, niscaya kalimat Allah tidak ada habis-habisnya (untuk ditulis). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (QS Luqman [31]: 27)
Ilmu Allah sangatlah luas, merujuk pada ayat di atas, tidak ada yang mampu menulis dan menceritakan semuanya tentang ilmu Allah. Sekolah yang dibatasi dinding kelas pun, mulai tingkat dasar sampai doktor tidaklah cukup untuk menguasai ilmu-Nya. Sekolah formal tidak menjamin seseorang akan mampu memahami ilmu Yang Maha Kuasa. Dia pencipta ilmu, Dia berkehendak dan kepada siapa pun ilmu-Nya diturunkan.
Sebenarnya semua hamba ketika berusia empat bulan—di dalam kandungan—telah di instal software ke dalam hatinya untuk bisa membaca ilmu Allah. Seperti Nabi Adam ketika diajari tentang nama-nama di dunia ini. Barang siapa yang sering mengupgrade dengan mujahadah (bersungguh-sungguh) kepada Allah, maka hamba itu bisa berkomunikasi (chating) kepada Allah tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hamba tersebut langsung belajar di madrasah ruhaniyah Allah. Sebaliknya barang siapa yang sering bermaksiat kepada Allah, maka terhijab (error) untuk mengakses ilmu-Nya.
Dan hatilah sebagai media seorang hamba untuk bisa membaca ilmu Allah. Hati tempat bertemunya seorang hamba dangan sang pencipta. Hati yang suci dan bersih bisa menampung ilmu Allah. Seperti halnya akal menolak peristiwa isra mi’rajnya Rasulullah, tetapi hati berimanlah yang bisa meyakini kejadian itu.  
Agar hati bisa membaca ilmu Allah maka hati harus bermujahadah mensucikan hati dari illah (tuhan) selain Allah. Membersihkan dari semua penyakit hati, yang dilakukan berkali-kali danistiqomah (konsisten). Insya Allah secara perlahan-lahan hijab (penghalang) kita akan terbuka. Allahlah yang akan memperkenalkan diri-Nya sehingga kita bisa membaca dan memahami ayat-ayat kauniyah dan kauliyah.
Atas dasar itulah, setiap hamba bisa mengakses ilmu Allah walaupun tanpa melalui pendidikan formal. Karena setiap orang ditakdirkan berbeda secara ekonomi untuk bisa mengenyam pendidikan formal. Madrasah ruhaniah Allahlah tempat seorang hamba bisa membaca ilmu Allah baik syariatnya melalui para kekasih Allah (guru/mursyid) maupun  cara lain yang dibenarkan oleh agama yaitu sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Wallahu’alam bishshawwab.
(H.M.Iskandar, Direktur DPU Daarut Tauhiid) 

Refleksi: "Menjadi Pribadi Sukses Mandiri"

MENJADI sukses adalah dambaan setiap orang. Namun, tidak semua orang dapat mengetahui dan memahami jalan menuju kesana. Kdaangkala ada orang yang masih menggantungkan keinginan suksesnya kepada oranglain. Atau bersandar kepada lingkungan yang menurutnya dapat membuat ia berhasil. 

Ternyata hal ini adalah salah. Kita tidak bisa menggantungkan sepenuhnya kepada oranglain, kepada faktor diluar diri kita. Kesuksesan hanya bisa diraih dengan kemampuan sendiri. Bergantung kepada sikap kita, prilaku kita. Sehingga, bukanlah tindakan bijak jika kita menyalahkan lingkungan atau keadaan diluar kita ketika kesuksesan belum diraih. 
Untuk itu, mulailah berkaca pada diri sendiri. Lihat kemampuan diri, dan sedapat mungkin minimalisir ketergantungan kepada oranglain. Sekuat tenaga kita harus menjadi pribadi mandiri yang mampu meraih sukses dengan usaha sendiri. Bukankah kita telah dibekali dengan potensi fisik, akal, dan qalbu? Jika semuanya kita sinergikan dengan baik dan berimbang, insya Allah kita akan mampu meraih kesuksesan. Sayangnya, acapkali upaya ini belum optimal dilakukan. Tak jarang, kita hanya mengandalkan salah satu potensi saja. 
Dan, satu hal yang sesungguhnya harus kita sadari bahwa kesuksesan hakiki adalah bila hati kita merasa bahagia. Bila qalbu senantiasa terawat dan bersih, maka aktivitas apapun yang dilakukan menuju kesuksesan duniawi akan terasa lebih mudah dan ringan. Sehingga, selain kita mempersiapkan fisik dan akal, qalbu kita pun harus dipelihara sebaik mungkin. Caranya; selalu berupaya menambah kapasitas keilmuan. Baik untuk meningkatkan kemampuan akal, maupun untuk kepentingan ruhiyah. Setiap peluang ilmu, ambil dan jangan sia-siakan. Karena setiap tempat, keadaan, siapapun dapat menjadi ladang ilmu bagi kita. 
Kedua, latih diri, riyadhah selalu. Karena ilmu tanpa amal adalah teori semata, tidak berdampak apa-apa bagi kita. Jadi, setelah mendapat pelajaran baru, tentu yang baik, segera amalkan. Latih agar terbiasa, hingga nantinya dapat menjadi sebuah kebiasaan yang baik. 
Ketiga, cari lingkungan kondusif, baik untuk berkarya, atau untuk beribadah. Jika tujuan sukses kita didukung pula oleh lingkungan yang kondusif, insya Allah cita-cita kita akan lebih mudah diwujudkan. Suatu saat, ketika kita sudah siap, tentu lebih mulia lagi kalau kita sendiri yang menciptakan lingkungan yang kondusif itu. 
Mudah-mudahan dengan ketiga potensi luar biasa ini, kita dimampukan untuk menjadi pribadi mandiri yang siap menghadapi setiap tantangan dalam proses menuju kesuksesan hakiki, insya Allah. Oktober 2003, MQ 




Ummu Ruman, Istri Sang Amirul Mukminin


Kita mengenal sebuah ungkapan bahwa selalu ada sosok perempuan hebat dibalik seorang laki-laki besar. Maka, kisah ini adalah keteladanan bagi para muslimah. Kisah nyata tentang seorang istri dari amirul mukminin, Abu Bakar ash-Shidiq ra, sekaligus ibunda dari Ummul Mukminin, Aisyah ra. Seorang muslimah yang tidak hanya berperan sebagai istri hebat, tapi juga seorang ibunda bijak.

Beliau adalah putri dari Amir bin Uwaimar bin Abdi Syams bin Itab bin Adzinah bin Subai' bin Dahman bin Haris bin Ghanam bin Malik bin Kinanah. Tentang namanya, ada perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan Zainab, ada pula yang mengatakan Da'ad.

Ummu Rumman tumbuh di Jazirah Arab, di satu daerah yang disebut ‘As-Sarah'. Beliau adalah seorang perempuan cantik, memiliki adab, dan fasih lidahnya. Pada mulanya,Ummu Rumman dinikahi oleh seorang pemuda yang terpandang pada kaumnya, bernama al-Haris bin Sakhirah al-Azdi, kemudian melahirkan seorang anak yang bernama Thufail.

Suaminya ingin tinggal menetap di Mekah, maka mereka melakukan perjalanan dengan putranya menuju ke sana. Telah menjadi kebiasaan bangsa Arab bahwa al-Haris harus mengikuti perjanjian dengan salah satu orang terpandang yang akan melindungi dirinya, maka dia mengikat perjanjian dengan Abdullah bin Abi Quhafah (Abu bakar ash-Shiddiq). Hal itu terjadi sebelum datangnya Islam.

Setelah berlalu beberapa lama, wafatlah al-Haris bin Sakhirah. Tiada yang dilakukan oleh Abu Bakar melainkan melamar Ummu Rumman sebagaimana yang menjadi kebiasaan ketika itu. Bukti memuliakan sahabatnya setelah kematiannya. Ummu Rumman menerima lamaran Abu Bakar sebagai suami yang mulia, yang mau menjaganya setelah suami pertamanya wafat.

Sebelumnya, Abu Bakar telah menikah dan telah memiliki anak bernama Abdullah dan Asma'. Pernikahannya dengan Ummu Rumman kemudian melahirkan dua orang anak yang bernama Abdurrahman dan Aisyah Ummul Mukminin.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, Abu Bakar adalah laki-laki pertama yang beriman kepada beliau. Melalui perantaraan dakwahnya, berimanlah beberapa laki-laki. Kemudian, beliau juga mendakwahi istrinya, Ummu Rumman, dan mengajaknya kepada kebaikan. Maka, berimanlah Ummu Rumman bersama Abu Bakar. Akan tetapi, ia meminta agar Ummu Rumman merahasiakannya hingga datang keputusan dari Allah tentang urusan tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mondar-mandir ke rumah Abu Bakar dari waktu ke waktu.Ummu Rumman pun dapat menjumpainya dengan gembira dan senang hati. Ia menjamunya dengan sebaik-baik jamuan dan menyediakan sarana beristirahat bagi Rasulullah.

Dilihat dari sisi lain, Ummu Rumman adalah ibu yang penuh kasih dalam mendidik putra-putrinya, yakni Abdurrahman dan Aisyah. Ia mendidik dengan pola asuh terbaik dan menjaga keduanya dengan sebaik-baiknya.

Tatkala Rasulullah datang untuk melamar Aisyah sebagai tanda ketaatan terhadap perintah Allah, maka bergembiralah Ummu Rumman. Ia gembira karena mendapatkan hubungan mertua dan menantu mulia, dan tidak ada kemuliaan yang lebih darinya.

Semakin kerasnya gangguan dari kaum musyrikin terhadap kaum muslimin, maka Allah mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah. Lalu, tinggallah Rasulullah bersama keluarga dan para sahabat serta Abu Bakar bersama keluarganya, menunggu perintah dari Allah untuk berhijrah.

Kemudian, datanglah perintah dan kemudian berhijrahlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ditemani Abu Bakar. Setelah itu, yang masih tinggal di Mekkah di antaranya adalah Ummu Rumman. Ia memikul tanggung jawab yang besar dengan menanggung kesombongan orang-orang jahiliah yang juga mengancam dan menakut-nakuti dirinya.

Asma' binti Abu Bakar berkata, "Tatkala Abu Jahal bin Hisyam keluar kemudian berdiri di depan pintu, aku pun keluar menemui mereka. Mereka berkata, ‘Di manakah bapakmu, wahai anak Abu bakar?' Aku (Asma') menjawab, ‘Aku tidak tahu keberadaan ayahku.' Maka Abu Jahal yang dikenal bengis dan kejam mengangkat tangannya kemudian menampar pipiku hingga jatuhlah anting-antingku."

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya sampai dan menetap di Madinah, beliau mengutus Zaid bin Haritsah bersama Abu Rafi', dan Abu Bakar mengutus Abdullah bin Uraiqath untuk menjemput keluarganya. Kebetulan, mereka berpapasan dengan Thalhah yang hendak berhijrah. Akhirnya, mereka bersama-sama hijrah ke Madinah. Mereka bertemu dengan Rasulullah dan juga orang-orang yang beriman di Madinah.

Di Madinah itulah, Rasulullah tinggal seatap dengan Aisyah. Adanya ikatan perkawinan yang baru tersebut merupakan salah satu penyebab kuatnya hubungan antara dua rumah tangga yang mulia. Ini membesarkan hati Ummu Rumman karena beliau melihat betapa sayang dan cintanya Nabi kepada Aisyah.

Kesedihan Ummu Rumman atas putrinya
Hari-hari berputar hingga terjadilah suatu peristiwa di luar perkiraan. Yaitu tatkala Aisyah Ummul Mukminin difitnah dengan tuduhan dusta. Fitnah tersebut -disebarkan oleh seorang pendusta bernama Ibnul Salul-kemudian tersebar dari mulut ke mulut. Berita dusta ini akhirnya sampai ke Ummu Rumman yang membuatnya pingsan karena terkejut. Tetapi ketika sadar, ia merahasiakan kabar itu kepada Aisyah karena kasih sayangnya. Ummu Rumman pun memohon kepada Allah agar melepaskan tuduhan kepada putrinya.

Tatkala Allah menghendaki Aisyah mengetahui isu yang telah tersebar dari mulut ke mulut, ia pun langsung kembali ke rumah ayahnya. Mengadukan hal tersebut sambil menangis serta menyalahkan ibunya karena menyembunyikan urusan itu.

Berkatalah Ummu Rumman, sedangkan di pipinya menetes air mata, "Wahai putriku, ringankanlah urusan ini bagimu. Demi Allah, tiada seorang perempuan pun yang bersuamikan seseorang yang mencintainya sedangkan dia memiliki madu, melainkan pastilah akan banyak cobaan dari manusia."

Maka Allah menjawab suara hati dari seorang mukminah dan sadiqah tersebut, hingga turunlah ayat yang membebaskan ash-Shiddiqah Ummul Mukminin dari tuduhan dusta. Ayat yang senantiasa dibaca dan bernilai ibadah bagi siapa saja yang membacanya hingga hari kiamat.

 "Sesungguhnya, orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu ...." (QS. an-Nuur [24]: 11).

Sungguh, masa tersebut adalah masa paling pahit bagi Ummu Rumman dalam hidupnya. Akibatnya, berpengaruh besar pada dirinya yang menyebabkan Ummu Rumman jatuh sakit. Aisyah pun merawatnya selama beberapa waktu hingga Allah memanggilnya.

Rasulullah mengunjungi kubur Ummu Rumman dan memohonkan ampun kepada Allah sembari berdoa,"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahatahu apa yang telah dikerjakan oleh Ummu Rumman karena-Mu dan Rasul-Mu."

Semoga Allah meridhai Ummu Rumman karena beliau termasuk rombongan pertama yang masuk Islam. Menegakkan segala hal yang menjadi konsekuensi iman. Beliau berhijrah, bersabar dan menghadapi ujian dakwah karena Allah. 

(adaptasi dari sumber: Mereka adalah Para Shahabiyah, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashir asy-Syalabi, Pustaka at-Tibyan, Cetakan ke-10, 2009)