Selasa, 09 Juli 2013

Relawan DPU Daarut Tauhiid di Mentawai & Merapi

www.dpu-online.com
Tanyakan pada mereka, apa alasan menjadi relawan? Apalagi relawan di daerah bencana yang tak jarang merenggut nyawa. Tentunya bukan karena alasan materi, pengalaman atau pun gengsi. Hal itu tidaklah sebanding dengan resiko yang kemungkinan akan dialami.  

Menjadi relawan adalah panggilan hati. Sebagaimana profesi lain yang jika dilakoni dengan penuh ketulusan, akan mendatangkan kepuasan jiwa. Tak terukur dengan materi atau hal-hal lain yang sifatnya duniawi.     

Sahabat, ketika gelombang tsunami menyapu Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10), dan erupsi Merapi pada Selasa (26/10), Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU Daarut Tauhiid) pun sigap melakukan program Rescue & Recovery.

Aksi tanggap darurat (rescue) ini dilakukan dengan berbagai banyak cara. Dari menyalurkan bantuan berupa uang atau barang, membuka posko bencana, hingga mengirimkan dan mengkoordinir ratusan relawan langsung ke daerah bencana.

Di Mentawai misalnya, DPU Daarut Tauhiid bekerja sama dengan Satgana Daarut Tauhiid dan tim medis dari Pesantren Daarut Tauhiid. Tepatnya pada Rabu (28/10), tim relawan pertama DPU Daarut Tauhiid telah berada di Desa Sikakap, Kepulauan Mentawai. Penyaluran bantuan dan pendataan kebutuhan para pengungsi pun segara dilakukan. Setelah itu, berturut-turut dikirim tim relawan lainnya. Tim tersebut dioptimalkan membantu evakuasi warga korban bencana maupun untuk pengobatan gratis.       

Adapun di Merapi, program rescue yang dilakukan juga diimbangi dengan tindakan recovery. Karena erupsi Merapi berlangsung lama, para pengungsi di barak pengungsian pun bertahan dalam waktu yang tidak singkat. Kondisi ini membuat mereka (para pengungsi) menjadi rentan terkena PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), terutama anak-anak. Selain hak untuk belajar jadi terhambat, trauma yang terjadi akan berakibat buruk bagi kesehatan mental mereka dikemudian hari.   

Untuk itu, DPU Daarut Tauhid tak hanya membuka posko untuk menyalurkan bantuan, dapur umum dan pemeriksaan kesehatan gratis, tindakan yang bersifat recovery juga dilakukan. Yaitu membuka Sekolah Ceria dan Happy Center DPU Daarut Tauhiid. Ini merupakan bagian dari program traumatic healing bagi anak-anak, juga termasuk orang tua mereka.

Di Sekolah Ceria dan Happy Center, beragam kegiatan dilaksanakan. Seperti mendengarkan dongeng, menonton film bersama, pembagian suvenir, hiburan sulap dan permainan eduktif, membaca al-Quran, menghafal juz amma dan doa sehari-hari.

Tak urung para pejabat dan tokoh publik pun ikut terlibat dalam program ini. Mulai dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Hj. Ninih Muthmainnah (Teh Ninih), Salim Segaf al-Jufri (Menteri Sosial) hingga Ibu Negara, Ani Yudhoyono.

Semua program tersebut (rescue maupun recovery), dilakukan bersama-sama dengan relawan dari DPU Daarut Tauhiid, Satgana Daarut Tauhiid, Tagana, dan mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Bersama-sama, para relawan itu berjibaku dengan erupsi Merapi yang tak hentinya mengancam.(Suhendri Cahya Purnama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar